Beberapa pertanyaan seputar audit dalam tugas mahasiswa
1) Dalam audit, selain risiko audit, dikenal juga risiko pengendalian.
a. Apakah yang dimaksud dengan risiko pengendalian dan apakah tujuan dari
penilaian risiko pengendalian?
- Menurut PSA No. 69 Paragraf 47 (AU 319.47), Penaksiran risiko pengendalian
adalah proses evaluasi atas efektivitas pengendalian internal sebuh entitas dalam
prevensi atau deteksi salah saji dalam laporan keuangan yang material.
- Tujuan penaksiran risiko pengendalian adalah membantu auditor dalam membuat
sebuah penilaian risiko salah saji laporan keuangan yang material.
Penaksiran risiko pengendalian melipat meliputi evaluasi tentang efektivitas dari hal
berikut :
1. Rancangan pengendalian internal
2. Implementasi Pengendalian internal
Penafsiran pengendalian risiko membantu auditor membuat penilaian tentang
karakteristik, pemilihan, dan luasan prosedur audit. Sehingga pada akhirnya, uji
pengendalian memberikan bukti sebagai dasar opini auditor.
Risiko pengendalian seperti halnya model audit risiko atas komponen-komponen yang lain, ditaksir pada setiap asersi laporan keuangan. Banyak pengendalian mencegah salah saji dengan asersi pencatatan transaksi. Penaksiran risiko pengendalian dibuat atas masing-masing asersi bukan atas pengendalian internal secara keseluruhan, setiap komponen Pengendalian internal, atau setiap prosedur atau kebijakan.
b. Bagaimanakah langkah-langkah untuk menaksir risiko pengendalian?
Berikut langkah-langkah penaksiran risiko pengendalian :
1. Mempertimbangkan hal yang diperoleh dari prosedur untuk mendapatkan
pemahaman Auditor melakukan prosedur untuk mendapatkan pemahaman pengendalian internal atas asersi laporan keuangan yang material. Auditor mendokumentasi pemahaman tersebut dalam bentuk kuesioner, bagan alir, atau memoranda naratif tentang pengendalian internal.Analisis terhadap dokumen ini adalah titik awal penaksiran risiko pengendalian.
Standar Audit AU 319. 25 (PSA) Nomor 69 Paragraf 19) menyatakan bahwa pemahaman yang digunakan oleh auditor adalah:
- Mengidentifikasi jenis potensi salah saji
- Mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi risiko salah saji yang material
- Merancang uji pengendalian.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan untuk kebijakan dan prosedur yang relevan dengan asersi tertentu, auditor menggunakan tipe jawaban ya / tidak / tidak menjawab dan komentar tertulis dalam kuesioner serta kelebihan dan kekurangan dicatat dalam bagian alir, dan memoranda naratif.
Setelah mendapatkan pemahaman pengendalian internal, auditor melakukan penyelidikan, mengamati kinerja tugas dan pengendalian, dan menginfeksi dokumen-dokumen. Dalam proses ini auditor mungkin mendapatkan bukti tentang bagaimana pengendalian dalam implementasi aktual sehingga memungkinkan auditor untuk menaksir risiko pengendalian dibawah level tinggi.
2. Identifikasi Potensi Salah Saji
Yaitu proses yang digunakan editor untuk mempertimbangkan titik-titik terjadinya kesalahan atau kecurangan pada asasi yang terkait dengan kelas transaksi utama, saldo rekening, dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Beberapa kantor audit menggunakan perangkat lunak komputer untuk menampilkan kuesioner sekaligus mengolah jawaban responden pada asasi tertentu. Oleh karena itu, semua sangat memahami logika komputer yang digunakan untuk mengevaluasi setiap asersi.
Misalnya, potensi salah saji dalam asersi pengeluaran kas dan saldo rekening utama yang dipengaruhi oleh pengeluaran kas, yaitu kas dan utang dagang.
Contoh potensi salah saji untuk beberapa asersi terkait dengan transaksi pengeluaran kas Potensi salah saji (asersi) Pengendalian yang diperlukan Uji pengendalian pengeluaran kas dilakukan untuk tujuan yang tidak sah keberadaan dan keterjadian nya komputer mencocokkan informasi dalam cek dengan informasi pendukung dalam voucher dan utang dagang untuk setiap transaksi pengeluaran. Hanya petugas berwenang yang diperbolehkan untuk menjalankan perangkat lunak dan menangani cat yang dicetak dan ditandai oleh komputer Menggunakan teknik audit berbantuan komputer misalnya data dummy untuk menguji pengendalian aplikasi di komputer mengamati petugas yang menangani pengeluaran kas dan membandingkannya dengan daftar petugas yang berwenang.
3. Identifikasi Pengendalian yang Diperlukan
Auditor mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan untuk mencegah atau mendeteksi serta mengoreksi potensi salah saji untuk asersi. Identifikasi dilakukan dengan perangkat lunak yang memproses merespon kuesioner atau secara manual dengan checklist. Pada saat identifikasi, auditor harus memastikan hal berikut:
- Karakteristik pengendalian untuk mencegah atau mendeteksi dan mengoreksi salah saji.
- Karakteristik pengendalian yang telah diimplementasikan oleh manajemen.
- Efektivitas tiap pengendalian, jika ditemukan beberapa pengendalian untuk sebuah asersi, auditor memilih pengendalian kunci, yaitu pengendalian yang diyakini paling efektif.
- Risiko jika pengendalian tidak efektif.
4. Melakukan Uji Pengendalian
Uji pengendalian disajikan meliputi teknik audit berbantuan komputer, memeriksa dokumen, memeriksa personel, dan mengamati personil yang melakukan pengendalian. Uji pengendalian hal menghasilkan bukti efektivitas desain dan implementasi pengendalian yang dibutuhkan. Misalnya:
Menggunakan teknik audit berbantuan komputer untuk menguji bahwa komputer membandingkan jumlah cek yang diterbitkan dengan jurnal pengeluaran kas diperoleh bukti efektivitas implementasi pengendalian atas pencatatan transaksi pengeluaran kas. Dalam memilih pengujian yang harus dikerjakan, auditor mempertimbangkan jenis bukti yang diperlukan dan biaya pengujian. Setelah pengujian dipilih, auditor menyiapkan program audit-an tertulis dan resmi untuk uji pengendalian yang direncanakan.
5. Evaluasi Bukti Dan Membuat Penafsiran
Penafsiran akhir risiko pengendalian untuk asersi laporan keuangan didasarkan pada evaluasi bukti
yang diperoleh dari:
1. Prosedur untuk memahami pengerjaan internal dan
2. Uji pengendalian terkait.
Penentuan level resiko pengendalian tertaksir merupakan masalah penilaian profesional. Auditor harus mempertimbangkan karakteristik, pemilihan waktu, dan perluasan uji pengendalian ketika membuat penilaian tersebut. Jika mengidentifikasi kekuatan pengendalian internal, auditor menentukan apakah efektif dari segi kos jika menguji efektivitas implementasi pengendalian internal dan memodifikasi karakteristik, pemilihan waktu, atau luasan pengujian substantif.
Jika menemukan kelemahan dalam pengendalian internal, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan (frekuensi penyimpangan) dan besarnya potensi salah saji ketika menentukan apakah kelemahan pengendalian internal tersebut signifikan atau material?
Sehingga, penaksiran risiko pengendalian dapat disajikan secara kuantitatif (misalnya terdapat 5% risiko bahwa pengendalian terkait tidak akan mencegah atau mendeteksi dan mengoreksi salah saji tertentu) atau secara kualitatif (misalnya terdapat risiko bawah pengendalian terkait tidak akan mencegah atau mendeteksi dan mengoreksi salah saji tertentu).
Penaksiran risiko pengendalian untuk sebuah asersi adalah faktor kritis dalam penentuan level deteksi risiko yang dapat diterima untuk asersi tersebut jika risiko pengendalian ditaksir terlalu rendah, deteksi risiko mungkin diatur terlalu tinggi dan auditor tidak dapat melakukan tes substantif yang memadai. Akibatnya, audit menjadi tidak efektif. Sebaliknya, jika risiko pengendalian diatur terlalu tinggi, tes substansi dilakukan secara berlebihan sehingga awet menjadi tidak efisien.
2. Dalam pengujian substantif, diperlukan pemahaman yang cukup mengenai sistem
pengendalian internal.
Salah satu pendekatan uji substantif utama adalah level risiko pengendalian internal tertaksir pada level tinggi. Sebutkan asumsi yang mendasari pernyataan tersebut!
Salah satu komponen pendekatan substantif utama adalah level resiko pengendalian tertaksir pada level tinggi. Pernyataan ini didasarkan pada asumsi berikut :
1. Tidak ada pengendalian internal yang signifikan terkait dengan asersi,
2. Pengendalian internal yang relevan kemungkinan tidak efektif
3. Perolehan bukti efektifitas pengendalian internal yang relevan tidak efesien.
Jika bukti efektifitas desain dan implementasi pengendalian internal untuk asersi tidak diperoleh ketika pemahaman, auditor harus menaksir risiko pengendalian pada level maksimal dan mendokumentasikan kesimpulan tersebut pada kertas kerja. Jika didapatkan sedikit bukti, auditor dapat membuat penaksiran awal resiko pengendalian sedikit di bawah level maksimal atau tinggi.
Pada kasus tersebut, auditor dianjurkan untuk mengubah strategi audit menjadi pendekatan risiko pengendalian tertaksir berlevel rendah.
3. Seorang manajer senior memberikan pesan kepada manajer menengah untuk menawarkan kenaikan bonus kinerja untuk target yang dapat dicapai. Dalam kaitannya dengan pertimbangan risiko kecurangan, maka menurut anda, apakah jenis potensi salah saji yang mungkin terjadi pada laporan keuangan karena kejadian tersebut? Jelaskan!
Berikut penjelasan :
Manajemen dapat mempunyai insentif untuk melakukan pelaporan keuangan yang curang.
Manajer mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan diskresi dengan berbagai cara dan merasionalisasi laporan keuangan yang curang untuk mendapatkan bonus karena memenuhi target.
Lebih jauh lingkungan pengendalian bisa lemah yang berefek luas pada banyak asersi.
4. Dalam pelaksanaan audit, auditor dapat melakukan penyampelan untuk menguji transaksi. Penyampelan ini bisa dilakukan secara statistik dan nonstatistik. Jelaskan kedua!
cara penyampelan tersebut!
- Penyempulan nonstatistik ialah auditor menentukan ukuran sampel dan mengevaluasi hasil sampel seluruhnya berdasarkan kriteria subjektif dan pengalaman. Bisa saja tanpa disadari, auditor kemungkinan mengambil sampel terlalu besar di satu area dan mengambil sampel terlalu kecil di area yang lain. Hal tersebut akan mempengaruhi jumlah bukti yang diperoleh. Meskipun demikian, sampel nonstatistik yang dirancang dengan saksama dapat seefektif sampel statistik.
- Penyempelan statistik yaitu auditor menentukan ukuran sampel dengan menggunakan hukum probabilitas. Kemungkinan dibutuhkan pelatihan tentang teknik statistik, rancangan, dan implementasi rencana penyempelan. Penyempelan statistik bermanfaat bagi auditor hal berikut:
- merancang sampel yang efisien
- mendapatkan bukti yang memadai
- evaluasi hasil sampel .
Yang paling penting penyimpelan statistik memungkinkan kuantifikasi dan pengendalian risiko penyimpanan statistik dan nonstatistik tidak mempengaruhi pemilihan prosedur audit dan tidak mempengaruhi kekuatan bukti yang didapatkan.
Sumber referensi : Sumiyana, DKK. 2020. Auditing II Modul 1,2 dan 3. Tangerang Selatan
: Universitas Terbuka
Komentar
Posting Komentar