Pertanyaan : Jelaskan Jenis-jenis Strategi Bersaing Generic yang dikemukakan oleh Porter (1980)

 



Persaingan industri mie, Indonesia adalah pasar mie terbesar nomor dua di dunia setelah China dengan jumlah produksi mie yang terus meningkat. Pada tahun 2008 total produksi mie Indonesia, baik mi instan, mi kering dan mi basah mencapai 1,6 juta ton, pada tahun 2013 produksinya telah mencapai 2,0 juta ton dan diprediksi tahun 2014 mencapai 2,2 juta ton. Tingginya produksi mie dalam negeri seiiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yang menjadikan mie sebagai kebutuhan pokok sehari hari. Dengan jumlah penduduk Indonesia mencapai 250 juta jiwa, potensi industri ini sangat besar dan menjanjikan apalagi tren konsumsi masyarakat Indonesia saat ini yang sudah mulai bergeser ke jenis makanan instan. Asosiasi mi instan dunia World Instant Noodles Association (WINA) mencatat, sepanjang 2019 dunia mengonsumsi 106,42 miliar mi instan atau rata-rata 290 juta porsi per hari.Konsumsi mi instan terus meningkat dari tahun ke tahun, terutama di Asia. Menurut WINA, 10 dari 15 negara penikmat mi terbanyak dunia, berasal dari Asia. Warga 10 negara ini melahap 80 persen konsumsi mi instan dunia. Cina menempati urutan pertama daftar negara pelahap mi instan terbanyak tahun 2019, dengan mengonsumsi 41,5 miliar bungkus. Indonesia di peringkat kedua 12,5 miliar porsi, disusul India (6,7 miliar) dan Jepang (5,6 miliar). . Melihat besarnya potensi tersebut membuat produsen mie dalam negeri berlomba lomba untuk meningkatkan produksinya.

Sumber: https://lokadata.id/artikel/prospek-bagus-mi-instan-asal-indonesia

 Silahkan jelaskan jenis-jenis strategi bersaing generic yang dikemukakan oleh Porter (1980)

Menurut Porter (1980), membedakan strategi bersaing generik dalam 3 kategori, yakni keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus

-       Keunggulan Biaya

perusahaan berusaha menawarkan barang yang akan dijual lebih rendah dibanding barang yang sejenis yang berada dalam satu kelompok industri tertentu. Ini terjadi jika perusahaan mampu menghasilkan produk atau jasa dengan biaya murah dan akibatnya mampu menjual produk atau jasa tersebut dengan harga lebih murah dari pada pesaing. Untuk menerapkan strategi keunggulan biaya, perusahaan dituntut menguasi pangsa pasar yang relatif besar dan memiliki keunggulan bersaing pada efesiensi biaya, yang terjadi misalnya sebagai akibat dari besarnya skala ekonomi, ragam produk yang dihasilkan, keunggulan proses produksi dan penguasaan bahan mentah. Perusahaan dituntut mampu menciptakan desain produk yang sederhana dan mudah dikerjakan, yang biasanya hanya meliputi inti barang dan pokok barang tanpa berlebihan memberikan perhatian kepada karakteristik barang pada tingkat level yang lebih tinggi.

-       Diferensiasi

ialah ketika produk atau jasa tersebut dinilai sangat unik dan bermutu oleh konsumen, sehingga konsumen bersedia untuk membeli dengan harga premium dan berlaku untuk seluruh industri pasar. Strategi diferensiasi baru berhasil diterapkan jika manajemen mampu memenuhi persyaratan organisatoris, sumber daya manusia, dan sumber dana yang diperlukan. Perusahaan hendaknya memiliki keunggulan peneleitian dasar dan kepemimpinan teknologi yang pada gilirannya mampu mneghasilkan (merekayasa) produk baru yang berkualitas dan dinilai unik oleh konsumen.

-       Fokus

ialah ketika perusahaan memutuskan untuk tidak melayani keseluruhan pasar (industri) dan hanya memutuskan untuk memilih sebagian pasar saja, berupa segmentasi pasar yang akan dilayani. Memilih sasaran pasar industri dari ceruk pasar yang ada, ceruk di dalam ceruk.

 Silahkan anda analisis peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan Produk Mie Instan di Indonesia berdasarkan kasus di atas !

A.    Peluang Perusahaan Produk Mie di Indonesia

1.     Industri Mie Instan Indonesia bisa berdaya saing global

Peluang industri mie instan di Indonesia menurut analisis saya menjadi prospek bisnis yang menguntungkan dan perusahaan mie instan Indonesia sudah berdaya saing global. Mie instan yang diproduksi di Indonesia juga di ekspor ke beberapa negara di dunia. Secara umum BPS memang tak merinci jenama/merek mi instan yang banyak diekspor. Namun dari sejumlah riset, mi instan paling tenar di Indonesia berasal dari merek Indomie.

Dalam riset Kantar Indonesia pada 2019, tercatat nama Indomie adalah produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG) yang paling sering dibeli konsumen sepanjang tahun itu. Popularitas Indomie berada di urutan pertama, disusul deterjen So Klin, kopi instan Kapal Api, penyedap rasa Royco, dan kemudian Mie Sedaap.

konsumsi mi instan di dunia

2.     Biaya Produksi yang Rendah dan Proses Pengolahan Sederhana

Menjalankan usaha mie tidak membutuhkan biaya yang besar, karena bahan baku dan peralatan yang dibutuhkannya cukup mudah didapatkan. Apalagi minat pasar akan produk mie ini sangat besar, jadi secara otomatis akan membawa keuntungan tersendiri bagi pelaku usaha tersebut.

3.     Sistem Pemasaran Produk yang Sesuai dengan Permintaan Pasar (Konsumen)

Kepraktisan dalam penyajiannya dan mudahnya untuk mendapatkan produk seperti Indomie, Supermie, Mie Sedap ini juga pendistribusiannya yang disesuaikan dengan kesukaan warga umumnya di setiap daerah yang satu dengan yang lain tentu berbeda. Oleh karena itu perusahaan mengklasifikasikan atau memetakan tiap daerah berbeda varian rasanya tetapi tiap rasa yang berbeda antar daerah tidak serta menyuplai satu rasa itu juga, melainkan rasa dan yang digemari di daerah yang lain juga disertakan tetapi dengan kuantitas yang tidak begitu banyak seperti apa yang digemari oleh warga di daerah tersebut.

B.    Ancaman Perusahaan Produk Mie di Indonesia

1.     Dampak mengkonsumsi mie instan

Beberapa waktu yang lalu sempat beredar adanya bahan kimia berbahaya yang dicampurkan pada mie sebagai pengawet dan pengenyal. Hal inilah yang membuat para konsumen sempat menghindari produk mie. Namun seiringnya waktu, hal tersebut dapat di atasi dengan melakukan ijin usaha ke badan POM, sebagai bukti bahwa mie yang diproduksi aman untuk dikonsumsi, sehingga konsumen merasa yakin dan kembali mengkonsumsi mie. Ada bahaya yang mengintai jika berlebih dalam mengonsumsi mi instan. Seperti dipapar IDN Times, sekitar ada tujuh bahaya yang mengintai dan berdampak pada kesehatan. Bahaya-bahaya tersebut adalah;

1.     Mengganggu sistem pencernaan,

2.     Memicu kanker,

3.     Obesitas,

4.     Meningkatkan koresterol,

5.     Menyebabkan keguguran pada ibu hamil,

6.     Gagal ginjal, dan

7.     Kerusakan hati.

Sehingga sebagian besar masyarakat untuk saat ini masih belum memahami dampak dalam mengkonsumsi mie instan tersebut. Jika ditemukan atau yang melapor terkait dampak bagi kesehatan masyarakat dan sudah terbukti. Maka bisa saja pemerintah mulai melarang atau menekan pengurangan peredaran mie instan di masyarakat. Sehingga akan berdampak juga pada kelangsungan perushaan.

Anda mungkin tertarik untuk membaca :

  1. Mengenai pengorganisasian dari perspektif auditor manajemen
  2. Perbedaan audit manajemen dengan audit internal
  3. Pertanyaan Manajemen risiko dan asuransi
  4. Pertanyaan : Konsep Manajemen Strategis dan Perencanaan Strategis -
  5. Pertanyaan : Pengertian Ketidakpastian dan risiko, beserta contohnya 

Sumber referensi :

Suwarsono. 2020. Manajemen Strategik Edisi 2 (Modul 8). Tangerang Selatan : Universitas Terbuka.

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2020/06/26/mi-instan-asal-indonesia-yang-mendunia

https://areacewe.com/403/peluang-usaha-industri-mie-menjanjikan-untung-besar/

Komentar